satuuntuksemua.id, Manado – Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) telah menggelar seminar internasional bertajuk “Harnessing Coconut Potential for Offseting Carbon Emission: Intergrating Science and Economy for a Substainable Future 2023.
Seminar ini diselenggarakan di Hotel Arya Duta Manado, 12-14 Oktober 2023, atas kerja sama dengan International Coconut Community (ICC) dan didukung oleh International Affairs Office Unsrat.
Rektor Unsrat, Prof Dr Ir Oktovian Berty Alexander Sompie MEng IPU ASEAN Eng, menyambut baik kegiatan yang membahas potensi tanaman kelapa ini.
“Tentunya kolaborasi pengembangan penelitian dalam hal ini Fakultas Pertanian Unsrat dengan ICC tentunya untuk pengembangan produk kelapa yang di mana Sulawesi Utara ini terbesar di kedua di Indonesia dan sudah hampir sejajar dengan Filipina untuk dunia,” ungkap Berty Sompie.
Dan yang terpenting, sambung Berty, melalui kegiatan ini Unsrat dapat menjalin kerja sama dengan badan riset nasional
“Untuk mengembangkan penelitian tanaman kelapa dengan produk-produk turunannya yang boleh dihasilkan dari tanaman kelapa itu sendiri,” ujar Berty.
Sementara, Executive Director ICC, Ir Jelfina C Alouw M.Sc PH.D mengungkapkan dengan adanya perubahan iklim/pemanasan global ternyata kelapa mempunyai potensi luar biasa.
“Semua bagian tanaman kelapa dapat menyimpan karbondioksida dan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Inilah alasan dilaksanakannya seminar internasional saat ini,” ungkap Jelfina Alouw.
Jelfina juga sebagai alumni Unsrat menjelaskan lebih dari 20 negara termasuk Eropa yang diundang ikut dalam seminar tersebut.
“Mereka sangat tertarik sekali karena ini bisa dijadikan insentif di mana karbon yang disimpan di kelapa bisa jadi uang,” ucapnya.
Jelfina pun berharap melalui kegiatan ini dapat meningkatkan potensi yang ada dalam memanfaatkan tanaman kelapa sebagai penurun emisi.
“Paling tidak teknologi dari negara lain yang telah mereka implementasi dapat kita mempelajarinya,” katanya.
Ditambahkan Dekan Fakultas Pertanian Unsrat, Ir Deddy Tooy MSi PhD, dengan banyak menanam kelapa akan makin bermanfaat bagi manusia.
“Jadi ini adalah isu global yang sebenarnya. Apalagi di Sulawesi Utara ada program mari jo ba kobong tanam kelapa berarti lebih banyak lagi karbon yang bisa diserap,” jelas Deddy.
Lebih dalam Deddy menjelaskan, tempurung kelapa punya potensi yang sangat besar menggantikan produk-produk berkaitan dengan penggunaan energi fosil.
“Tempurung selain juga untuk arang aktif, bisa juga dipakai untuk memurnikan air,” ujar Deddy.
Deddy pun berharap akan ada banyak lagi kolaborasi dengan para pakar-pakar yang ada di dunia.
“Saya kira habis ini kita harapkan ada program implementasi yang lebih baik lagi ke depan,” ucap Deddy.
Dari Ketua Panita, Ir Johny S Tasirin M.Sc F Ph.D mengatakan, total anggota ICC ada 20 berpastisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Hadir secara fisik itu ada 8 dan yang di online itu sisanya ada 12,” terang Johny.
Melalui seminar ini, Johny mengatakan para pakar membagikan infomasi tentang tanaman kelapa.
“Di sini mereka berbagi pengalaman tentang bagaimana negara lain atau perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam dunia kelapa ini bisa saling berkolaborasi dan merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi berbasis kelapa,” ujar Johny.
Sebagai penyelenggara, Kepala UPT Layanan Internasioan Unsrat, Dr. Reiny A. Tumbol, mengatakan kegiatan seperti ini rutin dilaksanakan setiap tahun.
“Jadi setiap tahun bergilir berbeda fakultas. Topiknya juga akan berhubungan dengan fakultas mana yang ditugaskan untuk atau diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan,” jelas Reiny.
Reiny juga menjelaskan tujuan dari pelaksanaan kegiatan seminar internasional tersebut.
“Sebagai akademisi kita tentu saja wajib untuk berbagi dengan baik dengan perguruan tinggi ataupun industri stakeholders baik di dalam maupun di luar negeri. Nah, dengan begitu kita bisa membagikan ilmu kita sekaligus pada saat bersamaan juga bisa membangun networking, kerja sama kolaborasi dalam berbagai bidang di keilmuan masing masing jadi itu tujuan utama,” jelas Reiny.