SatuUntukSemua.id – Konser rohani bertajuk A Prayer For Peace yang dipelopori oleh Servire Canticum Chorale dalam rangka perayaan 11 tahun eksistensinya berlangsung dengan penuh kemegahan dan kekhusyukan, Jumat (14/02/2025). Acara yang digelar di Gereja Katolik St. Thomas Aquino Sea ini sukses menghadirkan harmoni indah dari berbagai paduan suara ternama.
Konduktor Christovel Mandey, S.Fil., M.Pd. memimpin konser ini dengan penuh dedikasi, membagi penampilan ke dalam empat sesi yang masing-masing menyajikan nuansa musikal berbeda. Pada sesi pertama lagu dalam doa, Lux Beata Trinitas membawakan lagu Ola Gjeilo, disusul dengan Bogoroditse Devo karya Sergei Rachmaninoff, serta Ajari Beta dari Igor Sopamena.
Sesi kedua menampilkan lagu-lagu liturgi yang dibawakan oleh Rex Mundi Choir, termasuk Tuhan Kami Tidak Pantas dan Agnus Dei With How Great Thou Art. Saint Vianney Male Choir juga turut menyemarakkan suasana dengan lagu Ubi Caritas dan O Sacrum Convivium.
Pada sesi ketiga, Matthew Rumende menghadirkan solo vokal yang memukau, sementara Musica Sacra Male membawakan Go In The Grace of The Lord dan Pacem. Musica Sacra Female pun turut mengisi konser dengan persembahan lagu Locus Iste dan Angel.
Puncak konser di sesi keempat menghadirkan solo vokal Aldrich Daia dan Servire Canticum dengan lagu-lagu penuh makna seperti O Magnum Mysterium, Dies Irae, Ave Maria, A Prayer For Peace, serta Ride On, King Jesus.
Pendiri Servire Canticum, Christovel Mandey, S.Fil., M.Pd., mengungkapkan rasa syukurnya atas 11 tahun perjalanan pelayanan melalui musik.
“Kami bersyukur masih diberi kesempatan untuk melayani dan memuliakan Tuhan dengan suara-suara terbaik kami. Dengan segala keterbatasan, kami tetap setia mengadakan latihan bersama, meskipun tempat tinggal kami berjauhan. Kami berterima kasih kepada semua yang telah mendukung pelayanan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang 3 Dewan Pastoral Stasi St. Thomas Aquino Sea, Jacob Rottie, menyatakan bahwa konser ini bukan hanya untuk memeriahkan liturgi, tetapi juga sebagai bagian integral dari ibadah yang sakral.
“Musik liturgi adalah instrumen yang mengiringi nyanyian umat dan paduan suara di gereja, menjadi bagian dari ibadah yang mendalam. Bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali,” ungkapnya.
Jacob juga menyampaikan apresiasi kepada pengurus dan anggota Servire Canticum Chorale yang telah menyelenggarakan konser ini dengan luar biasa. “Kami bangga memiliki putra terbaik umat, seperti Christovel Mandey, yang menjadi konduktor dan pelatih musik liturgi tidak hanya di tingkat Stasi, tetapi juga Paroki dan Keuskupan. Semoga semakin banyak figur seperti beliau yang muncul,” harapnya.
Ia menekankan pentingnya konser seperti ini untuk terus dikembangkan, baik di tingkat paroki maupun keuskupan. “Saya pernah melihat di YouTube tentang peran musik liturgi, dan ternyata bukan sekadar selingan atau dekorasi. Musik liturgi memiliki makna yang mendalam dalam perayaan Ekaristi,” pungkasnya.
Konser A Prayer For Peace menjadi momen reflektif dan penuh makna bagi seluruh umat yang hadir, sekaligus meneguhkan komitmen Servire Canticum Chorale dalam pelayanan musik rohani untuk tahun-tahun mendatang.
*Redaksi